HARI PUISI SEDUNIA!

Hai Smaders, apa kabar? Semoga selalu sehat dan masih semangat menjalani daring ya. Semoga pandemi ini segera berakhir dan kita bisa masuk sekolah seperti biasanya. Oh iya smaders, kalian tahu gak ini hari apa? Yap betul banget hari minggu, waktunya santai ya? Eh tapi bukan itu, hari ini adalah peringatan Hari Puisi Sedunia.

Peringatan Hari Puisi Sedunia menjadi kesempatan kita untuk lebih mengenalkan puisi pada masyarakat khususnya kaum muda. Sebagai sarana menarik minat bakat dan bisa belajar untuk lebih mengetahui makna yag terkandung dalam setiap puisi.Sebenarnya bagaimana sejarahnya? Hari Puisi Sedunia disahkan oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada November 1999. Tujuan UNESCO mengesahkan Hari Puisi Sedunia adalah untuk mendukung keragaman linguistik melalui ekspresi puitis, serta menjaga agar nilai-nilai bahasa tidak punah di makan zaman. Mereka juga percaya, bahwa puisi memiliki peranan penting dalam sejarah, seni dan budaya masyarakat di zaman dahulu hingga kini. Ini juga menjadi sarana untuk memeberi ruang dan dukungan kepada penulis puisi yang belum diketahui khalayak ramai.

Anak-anak zaman sekarang yang mulai melupakan bahasa daerahnya dan lebih memilih menggunakan bahasa gaul menjadi kekhawatiran untuk UNESCO. Dengan tercetusnya Hari Puisi Sedunia menjadi harapan agar anak-anak muda di seluruh dunia lebih menghargai bahasa tradisional dari negara mereka masing-masing.

Di Hari Puisi Sedunia ini kita harus mengenal para sastrawan Indonesia yang sudah melahirkan banyak karya. Dengan mengenal mereka bisa menjadi motivasi untuk lebih semangat dan menghargai karya orang lain.

1. Chairil Anwar

Mungkin nama ini sudah tak asing di telinga kita, Chairil Anwar, merupakan salah seorang sastrawan yang hingga kini karyanya masih terus dikenang. Pria yang lahir di Medan 26 Juli 1992 ini, telah melahirkan banyak karya puisi dengan berbagai tema, mulai dari esistensialisme, kematian, multi-interpretasi, hingga pemberontakan.

2. Sitor Situmorang
Pria kelahiran Sumatera Utara 2 Oktober 1923 ini, mulai meniti karier sebagai seroang jurnalis, Sitor Situmorang disebut-sebut sebagai penyair tersohor setelah meninggalnya Chairil Anwar. Berbagai karya yang ia ciptakan, selalu sarat akan makna. Meski ia sudah kembali ke pangkuan Sang Pencipta pada usia ke-91 tahun, tapi karyanya masih terus terkenang hingga saat ini.

3. W.S Rendra
Sastrawan Indonesia kelahiran Solo 1935 ini, memiliki karya puisi yang berdampak besar pada kesusatraan Indonesia. Hal ini karena estetika puisi yang ia ciptakan tak pernha gagal memikat para penikmat sajak.

4. Sapardi Djoko Damono
Sastrawan berikutnya ada Sapardi Djoko Damono, ia juga merupakan salah satu penyair ternama di Indonesia. Setiap karya puisinya, memiliki tampilan lirik yang sederhana, tapi kaya akan makna. Tak heran kalau hal ini membuat para penikmatnya mengagumi karya dari seorang penyair kelahiran 20 Maret 1940 ini.

5. Sutardji Calzoum Bahri
Memiliki julukan sebagai presiden penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bahcri merupakan salah satu pelopor penyair Indonesia angkatan 1970 yang cukup populer. Gaya bahasa yang tertuang pada setiap tulisannya pun cenderung lebih figuratif dan tafsir yang berbeda.

6. Putu Wijaya
Selanjutnya ada Putu Wijaya, lahir pada 11 April 1944 di Tabanan, Bali. Sastrawan Indonesia yang satu ini sangat produktif dan selalu menorehkan prestasi di bidang seni.

7. Remy Silado
Banyak orang yang mengenalnya dengan nama pena Remy Silado, tapi pria kelahiran Makassar 12 Juli 1945 ini memiliki nama asli Yapi Panda Abdiel Tambayong. Penyair yang satu ini memiliki gaya kepenulisan yang sering memakai kata-kata arkais dan kata yang jarang digunakan.

8. Joko Pinurbo
Pria kelahiran Pelabuhan Ratu, Jawa Barat ini, tak jarang melahirkan karya yang mengandung unsur berkesan ‘nakal’. Selain itu, ia memiliki gaya kepenulisan yang memadukan elemen naratif.

9. Wiji Thukul
Wiji Thukul lahir di Surakarta pada 23 Agustus 1963. Melalui karya puisi, ia melakukan orasi perlawanan terhadap rezim Orde Baru. Namun, sastrawan Indonesia ini dinyatakan hilang ketika ia berusia 34 tahun. Hingga kini, tak ada yang mengetahui keberadaannya.

Dengan mengetahui sejarahnya bisa mejadikan kita lebih mengenal tentang puisi lebih dalam lagi. Jadi kita sebagai generasi muda hendaknya melestarikan bahasa dan mengembangkan karya satra Indonesia. Terus berkarya ya Smaders! Jangan lupa selalu jaga kesehatan dan terus semangat! 

Penulis : Intan Ariestianti 

Desain Layout : Faza Vanda


Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *