
Halo Smaders, gimana kabarnya hari ini? Semoga sehat selalu ya. Kalian tahu gak hari ini hari tanggal berapa? Yap betul banget, hari ini tanggal 28 April yang bertepatan dengan Hari Puisi Nasional. Kalian tahu nggak gimana sejarahnya Hari Puisi Nasional.
Indonesia merayakan Hari Puisi Nasional pada 28 April tiap tahun dan mengenang wafatnya penyair Chairil Anwar. Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922 dan meninggal di Jakarta pada 28 April 1949. Mengapa tokoh penyair Chairil Anwar yang tanggal wafatnya dijadikan sebagai Hari Puisi Nasional? Berdasarkan Chairil Anwar, Hasil Karya dan Pengabdiannya (2009) karya Sri Sutjianingsih, pada zaman pendudukan Jepang, pemerintah Jepang menaruh minat besar pada kesenian, termasuk kesenian Indonesia. Di saat bersamaan, pemerintah Jepang melarang adanya perkumpulan (organisasi).
Chairil Anwar terkenal dengan puisi berjudul “Aku” yang sangat menginspirasi. Puisi ini ditulis pada tahun 1943 dan dimuat di majalah timur pada tahun1945.
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Chairil Anwar (Maret 1943)
Chairil Anwar lahir pada 26 Juli 1922 di Medan, dari pasangan Tulus dan Saleha. Chairil Anwar dilahirkan di tengah-tengah keluarga Minangkabau yang taat beragama. Meski begitu, dia merasa terkekang. Hal itu turut mempengaruhi kehidupannya dan juga karya-karyanya. Mula-mula Chairil Anwar sekolah di Hollandsch lnlandsche School (H.l.S) di Medan, kemudian melanjutkan ke MULO, juga di Medan, tetapi baru sampai kelas dua ia keluar dan pergi ke Jakarta yang waktu itu masih disebut Batavia.
Menurut Chairil Anwar, Ketua Karya dan Jasa Sri Sutjianingsih (2009), pemerintah Jepang sangat tertarik dengan seni (termasuk seni Indonesia) pada masa penjajahan Jepang. Pada saat yang sama, pemerintah Jepang melarang perkumpulan (organisasi). Oleh karena itu, beberapa seniman seperti Anjar Asmara dan Kamajaya bertemu dengan Soekarno untuk membahas gagasan penyatuan seniman dalam sebuah forum. Soekarno berkeinginan untuk memprakarsai pendirian Pusat Seni Rupa Indonesia untuk mempersatukan para seniman. Pusat Seni Indonesia berdiri pada tanggal 6 Oktober 1942 di bawah pimpinan Sanusi Pane.
Bertujuan untuk mengadaptasi dan meningkatkan kesenian daerah untuk beradaptasi dengan kesenian baru Indonesia. Keberadaan art center tersebut membuat pemerintah Jepang menyiapkan sebuah pusat budaya.Pada intinya hal ini merupakan bujukan halus agar art center tersebut diintegrasikan ke dalam pusat budaya.Oleh karena itu, semua kegiatan seni akan menjadi bawahan Jepang, khususnya komunikasi baru. departemen. Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka Shidoso) didirikan pada tanggal 1 April 1943, tetapi pada tanggal 29 April 1943, untuk memperingati hari lahir Kaisar Tennoo Heika. Tujuan dari lembaga ini adalah memungkinkan seniman bekerja untuk kepentingan Jepang. Awalnya, para seniman dengan antusias menerima niat Jepang.
Tetapi sejak awal Chairil Anwar curiga dengan maksud Jepang. Ia bersama Amal Hamzah dan beberapa kawan menyindir seniman-seniman yang mau membantu Jepang. Chairil Anwar punya pandangan tersendiri tentang seni dan menghendaki pembaharuan atas Angkatan Pujangga Baru yang dianggap tidak lagi sesuai dengan situasi zamannya. Ia meninggalkan ukuran dan ikatan lama, untuk mengembangkan corak dan iklim baru.
Berikut ini adalah beberapa karya Chairil Anwar
- Deru Campur Debu (1949), Penerbit Pembangunan, Opbuow, Jakarta.
- Kerikil Tajam dan Yang Terempas dan Yang Putus (1949), Pustaka Rakyat, Jakarta.
- Aku Ini Binatang Jalang (1986) PT Gramedia, Jakarta.
- Derai-derai Cemara (1998).
- Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948) terjemahan karya Andre Gide.
- Kena Gempur (1951) terjemahan dari karya John Steinbeck
Penulis : Intan Ariestianti
Desain Layout : Faza Vanda
Editor : Tim Web BIAS SMADA