“Prangg…!!!” Terdengar suara yang cukup keras dan nyaring dari lantai atas.
“Apakah mereka datang lagi?” Gumamku bertanya tanya sambil bergegas menaiki tangga dan melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Dan ternyata benar saja, teman adikku baru saja datang lagi. Memang aku tidak bisa melihat seperti apa ‘teman’ adikku ini, tetapi dilihat dari kondisi lantai atas rumah yang berserakan sudah dapat kupastikan bahwa ‘teman’ nya sedang berkunjung.
Sebelumnya, perkenalkan namaku adalah Allana Afrodite, seorang siswi Sekolah Menengah Atas tingkat akhir yang kini tengah disibukkan dengan berbagai macam buku-buku latihan soal yang mungkin apabila kutumpuk tebalnya bisa mencapai 10x tebal buku ensiklopedia, ahh lupakan saja perihal itu. Dan aku memiliki seorang adik perempuan yang menurutku dia sangat sangat menyebalkan, Athena Afrodite namanya. Usianya baru menginjak 9 tahun, tapi jangan salah, diusianya yang sekarang bahkan dia sudah kelas 6 Sekolah Dasar.
“Apa yang sedang terjadi?” Tanyaku saat kulihat Athena sedang berbicara yang tidak kutahu dengan siapa, temannya mungkin.
“Eumm, Tidak ada. Hanya saja temanku tadi tidak sengaja menjatuhkan itu,” jawabnya sambil menunjuk ke arah vas bunga yang sekarang sudah tidak lagi berbentuk.
“Apakah ada yang terluka? Lalu dimana temanmu itu?” Tanyaku panik sambil membolak balik tubuhnya, memastikan tidak ada yang terluka.
“Sudahlah kak! Aku tidak apa apa kok, dan gara gara kakak datang temanku jadi pergi karena takut denganmu,” jawabnya sambil menggebu gebu.
“Ya, ya, ya. Sebaiknya kita segera turun dan makan malam karena ini sudah semakin larut.” Finalku lalu menarik Athena turun.
***
Suasana ruang makan sangat sepi, dikarenakan orang tua kami sedang berada di luar kota untuk mengurus suatu pekerjaan yang tak kuketahui pekerjaan apa itu. Mbak Asih (pembantu dirumahku) pun sepertinya sudah pulang ke rumahnya karena sekarang sudah pukul 9 malam. Kami berdua makan dalam diam sibuk dengan pikiran masing-masing. Tiba-tiba kursi di sampingku bergerak, aku terkejut tentu saja.
“Itu Zeus.” Celetuk Athena
Dengan itu aku hanya bisa berguman ‘ohh’ karena pada dasarnya aku tidak mengetahui seperti apa Zeus itu. Yang pernah kudengar dari Athena hanyalah Zeus adalah bocah laki-laki tampan seusianya yang baik hati dan juga sering menemani Athena saat tidak ada orang di rumah. Aku tidak masalah dengan keberadaan teman temannya itu, asalkan dia tidak mencelakakan Athena.
Ngomong – ngomong, sebenarnya aku juga memiliki seorang adik laki laki, Namanya Ares Afrodite, dia mendapatkan beasiswa bersekolah di luar negeri, oleh karena itu dia sangat jarang sekali berada di rumah, salahkan saja otaknya yang terlalu pintar itu dan ohh ayolah sepertinya hanya aku yang memiliki otak pas – pasan dikeluarga ini. Dan sepertinya Ares akan pulang beberapa minggu lagi.
***
Ayah dan Bunda sudah pulang beberapa hari yang lalu, kini kita semua sedang berkumpul di ruang keluarga. Dan Ares tiba-tiba saja memberitahu bahwa pulangnya dimajukan menjadi besok siang. Semua sedang menonton siaran pada televisi, terkecuali Athena, dia beberapa hari ini menurutku perilakunya semakin menjadi jadi, dia sering bermain dengan dunianya sendiri, tiba-tiba menangis lalu tertawa, bahkan sampai ingin melukai dirinya sendiri.
Athena hilang, begitu yang kudengar dari bunda. Satu kampung ikut heboh dan membantu mencari keberadaan Athena. Tidak ada yang tahu kemana dia, tetapi sepertinya Mbak Asih sempat melihatnya keluar dari rumah. Setelah mendengar penuturan dari Mbak Asih tetanggaku mulai mencarinya menggunakan sepeda motor.
Setengah jam berlalu, dan belum ada tanda-tanda Athena ditemukan. Aku sekarang hanya bisa menemani bunda di ruang depan bersama beberapa tetangga sambil menunggu kabar dari lainnya. Dan syukurlah! Beberapa menit kemudian dua orang pemuda kampungku berhasil membawa pulang Athena.
“Di mana kalian menemukannya?!” tanyaku.
“Kami menemukannya di dekat kuburan kampung sebelah,” jawabnya terlihat meyakinkan.
“Bagaimana bisa?!” ucapku, terkejut tentu saja.
“Kami juga tidak tahu, bahkan Athena tadi sempat tidak mau diajak pulang. Temannya sedang di sana katanya, tetapi aku tidak tahu apa maksudnya,” jawabnya, lagi.
“Baiklah, terimakasih sudah membawa pulang adikku.”
“Sama-sama, dan kami izin untuk pulang dulu ya,” ucapnya sambil berlalu.
***
“Ting tong ting tong…” Terdengar suara bel rumah
Lalu tiba-tiba terdengar seseorang berteriak.
“Aku pulangggggg…..!!” Ya, itu Ares. Dia berlari dari pintu utama menuju ruang keluarga dengan membawa banyak sekali barang, oleh-oleh untuk kami semua mungkin.
Ares akan berada di rumah dua minggu ini, dia memiliki libur yang cukup panjang kali ini. dan sepertinya sekarang dia sedang berada di teras bersama Athena, Ingin bermain bersama katanya.
“Apa kamu sudah gila?!!” Teriak Ares dari teras depan
“Apa lagi itu?” Bunda yang mendengar teriakan itu langsung berlari dari dapur menuju teras depan.
Aku masih berdiri kaku di tempat. Sebagian otakku tahu apa yang terjadi. Tapi separuhnya yang egois bersikap seolah tidak tahu apa apa. Nihil, nyatanya mungkin Ares sudah mengetahui apa yang terjadi pada Athena sekarang. Aku langsung berlari mencari handphone dan menelfon ayah agar cepat pulang. Setelahnya aku langsung menuju teras dan melihat apa yang sedang terjadi.
Sampainya di teras, betapa terkejutnya aku melihat bunda yang memeluk Athena yang menangis dan Ares yang belum berhenti memaki-maki Athena. Dan aku yakin sekarang Ares mengetahui dan tidak terima dengan apa yang terjadi dengan adiknya itu.
Yang bisa dilakukan bunda hanya memeluk dan menggumankan kata-kata penenang untuk Athena. Aku yang tidak terima dengan kelakuan Ares langsung memukulnya, terjadilah baku hantam diantara kami. Persetan dia adalah adikku dan aku adalah seorang perempuan. Aku hanya tidak terima adik kecilku itu dimaki-maki bahkan oleh saudaranya sendiri.
Suasana rumah saat ini sangat menegangkan. Bahkan kami semua melupakan fakta bahwa kami sedang berada di teras rumah. Banyak tetangga yang mendengar keributan yang kuhasilkan dengan Ares sampai mau repot-repot untuk keluar dari rumah dan menyaksikan keributan kami. Dan akhirnya ayah sampai di rumah.
***
Kami semua diam saat ayah sedang memarahi Ares. Athena bahkan sampai sekarang belum berhenti menangis, saat aku akan berbicara tiba – tiba Athena berceletuk
“Kalian sebenarnya hanya tidak tahu apa-apa” ucapnya dengan tatapan mata yang kosong.
“Apa maksudnya?” tanyaku, yang kurasa semuanya sangat-sangat membingungkan.
“Kalian bahkan tidak tahu menahu semua tentangku. Apa kalian tahu apa yang kulakukan setap harinya, Apakah hariku menyenangkan atau sebaliknya, Bagaimana dengan sekolahku, Apakah teman – temanku baik padaku, Bahkan kalian tidak tahu bagaimana semua guru – guru di sekolahku memperlakukanku, tidak kan?”
Kurasa atmosfer disini semakin menipis, kulihat semua orang sedang menahan nafasnya setelah penuturan panjang Athena tadi.
“Kalian terlalu sibuk dengan urusan kalian masing – masing. Ayah dan bunda yang terlalu sibuk mencari uang yang bahkan tak kuketahui untuk apa semua uang itu dan kalau boleh jujur aku bahkan tidak membutukan semua uang yang ayah miliki juga kakak yang terlalu sibuk dengan pendidikan hingga melupakan fakta jika disini kalian masih memiliki keluarga yang membutukan kasih sayang dari kalian semua.” Ucapnya sambil berteriak dan menangis.
Hingga kami semua tersadar, Athena hanyalah seorang gadis kecil kesepian yang masih membutuhkan kasih sayang dari kami. Ayah dan bunda yang terlalu sibuk bekerja membuatnya sering keluar kota dan meninggalkan gadis kecilnya sendirian di rumah. Sementara aku dan Ares sangat disibukkan dengan pendidikan masing-masing. Sebenarnya keadaan ini adalah salah kami. Athena bisa seperti ini karena kurangnya kasih sayang dan perhatian.
Kami semua menangis lalu memeluk Athena sambil mengucapkan berbagai ucapan maaf dan berjanji akan lebih memperhatikan Athena.
***
“Apa masakan bunda enak Athena?” Tanya bunda ke Athena.
Kulihat dia hanya mengangguk sebagai jawabannya, Athena bahkan belum berkata sepatah katapun semenjak siang tadi. Ngomong-ngomong sekarang kami sedang makan malam, dan kulihat Ares juga diam saja dari tadi. Situasi ini membuatku sangat-sangat tidak nyaman sungguh!
“Kenapa kalian semua diam saja dari tadi?” Ucapku setelah muak dengan situasi seperti ini.
“Kita kan sedang makan, tidak baik jika banyak berbicara,” elak ayah.
“Oke, terserah.” Putusku dan melanjutkan makan dalam diam.
Selesai makan kita berkumpul diruang keluarga, kecuali Athena, dia sudah tidur di kamarnya. Ayah berencana akan membawa Athena kepada seseorang yang bisa menyembuhkan hal-hal seperti itu. Dan kita semua sepakat besok akan membawa Athena.
***
Kami sedang berada di perjalanan menuju tempat yang dikatakan oleh ayah semalam. Aku dan Ares mencoba mengajak bicara Athena, dan syukurlah dia sudah mau berbicara dan tertawa. Setelah sampai kami langsung masuk kedalam rumahnya dan ya begitulah, emm, agak menyeramkan menurutku.
Setelah masuk kedalam, buru-buru aku keluar, Ares mengikutiku juga ternyata. Aku dan Ares lebih memilih menunggu di luar, kami berdoa agar urusan di dalam cepat selesai dan Athena lekas sembuh. Itu saja harapanku sekarang.
2 jam lebih aku menunggu di teras rumah orang itu, tiba-tiba ayah keluar sambil menggendong Athena. Aku terkejut, tentu saja. Tetapi setelah ayah memberikan gestur untuk diam aku hanya bisa mengekori ayah dari belakang dan masuk ke dalam mobil.
“Jadi bagaimana?” tanyaku tidak santai.
“Athena sudah sembuh, dan temannya yang bernama Zeus itu sudah kembali ke negeri asalnya, oh iya satu lagi setelah bangun Athena akan benar-benar sembuh dan melupakan semua tentang Zeus.” Jawab ayah sambil tersenyum.
“Ohh syukurlah….”
Dan benar saja malam ini Athena sangat-sangat berbeda dari biasanya. Dia sekarang terlihat sangat ceria, kami sedang berkumpul di halaman belakang rumah, dan diam-diam aku berdoa kepada Tuhan agar keluargaku dapat selalu bahagia dan tidak ada lagi yang akan mengganggu keluarga ini.
- PENULIS : Diva Fitrah
- EDITOR : Tim WEB BIAS SMADA