CURSE

Drrrt…. Ddrtt….

Terdengar suara gawai yang bergetar yang ternyata berasal dari gawai milik Anto. “Ha, halo?” Ucap Anto untuk mengawali panggilan. “Anto, gawat. Roni ngga bisa ditelpon selama beberapa hari. Keluarganya juga ngga tau kemana perginya.” Ucap Dania yang juga merupakan teman mereka.

“Terus, apa urusannya sama aku?”

“Roni kan teman dekatmu. Mungkin kamu tau dimana keberadaannya, makanya aku nelpon kamu.” Seusai Dania mengucapkan hal itu wajah Anto menjadi resah. “An, kenapa ngga jawab? Kamu masih denger kan? Halo?”

“Ah, iya aku masih denger kok.” Ucap Anto akhirnya. “Sebenernya aku nanya hal ini ke kamu karena ada orang yang melihat Roni sama kamu sebelum dia menghilang.” “Emm, kayaknya ini gara gara malam itu deh.” Ucap Anto sambil berpikir perlukah menceritakan kejadian itu kepada Dania. “Malam itu? Ada apa emang?”

***

“Ayo cepet Anto! Udah mau sampe ni.”

Malam itu, Anto dan Roni pergi menuju gedung kosong yang desas desusnya terdapat telepon terkutuk. Telepon itu disebut terkutuk sebab meskipun gedungnya kosong dan tak ditinggali, kita masih dapat menelpon dari sana.

Itulah penjelasab singkat mengenai telepon terkutuk yang dijelaskan Roni kepada Anto. “Kalo lo penasaran kenapa ngajak gue? Kenapa lo ga dateng sendirian aja? Itu semua kan cuma takhayul. Eh, emang lo pernah liat orang yang kena kutukannya hah? Oi, Ron” Perkataan Anto tak digubris sama sekali oleh Roni. Ia hanya asik mencari kebaradaan telepon itu.

“Ah, yang ini kali ya? Ada nih nomor telepon di dinding.” Ucapnya sembari memasang wajah sumringah. “Bener ga ya ini telponnya. Alah, coba aja deh kita juga tau nanti kalo udah coba.”

“Heh! Kalo lo kena kutukan gue gamau ikut-ikutan lho ya.” Ucap Anto dengan wajah cemasnya.

“Hahaha, yang bilang kalo itu semua cuma takhayul kan lo. Takut lo ya? Hahaha, santai aja kali.”

“Serah deh, gue gamau ikut-ikut pokoknya.”  Ternyata teleponnya benar-benar tersambung. Sesaat kemudian, Roni menunjukkan gelagat anehnya.

‘Akhh……Kkhh’

Roni mulai kesusahan bernapas seperti ada seseorang yang mencekik dirinya. Ia berusaha melepaskannya hingga ia terduduk dan tubuhnya bergetar. “Ron, Roni lo kenapa dah. Jan nakutin sumpah dah. Suer, jangan-jangan….” Belum sampai Anto menyelesaikan kalimatnya, Anto pun mengatakam sesuatu yang membuatnya semakin ketakutan.

Dengan poisisi jongkok dan tubuh yang bergetar Roni berkata “Akh, kutukan… sepertinya aku terkena kutukan….kkh. Jika ingin lepas dari kutukan ini……” Roni menggantung kalimatnya, sedangkan Anto sudah sangat ketakutan sekarang.

“Katanya harus ditraktir bakso pak Ujang depan kampus dan dapet uang 1 juta dari teman terdekatnya…” Kata Roni dengan wajah menahan tawa. “Eee…..Akhh…. cepat berikan aku….1 juta….” Ia mengatakan hal tersebut sembari melakukan gestur meminta uang. Anto pun dengan secepat kilat memukul Roni dengan wajah kesalnya.

“Gue udah takut ya Ron, bener-bener lo ya. Kaget gue, asem lo emang kesel gue sama lo” “HAHAHAHHAHAH”  Akhirnya merekapun kejar kejaran di gedung tersebut. “Sini lo gue pukul. Habis gue pukul, ambil ni 1 juta lo buat berobat. Sini ga?!”

“HAHAH, IYA IYA SORRY TO.” Setelah itu, hanya terdengar suara kesal Anto dan teriakan maaf Roni.

Keesokan harinya, Anto berjalan jalan di dekat rumahnya. “Haish, kemaren gue bener bener kena tipu. Kutukan apaan dah, pembohong lu to. Bisa bisanya gue percaya. Hadeh.” Sembari mengeluarkan gawainya ia berkata “Tapi, gue uda nyiapin jebakan yang bagus buat bales dendam.” Ia pun menelpon Anto. “Eh, Ron. Sebenernya nih ada cerita seru..” Belum selesai ia berbicara terdengar suara tawa dari seberang telepon.

 ‘Hihihihi….. Hihihihi.’

“To, lo kenapa sih?” Suara itu kembali terdengar malahan semakin keras. ‘KKK….. HIHIHIHI…….. HIHIHIHI…….’ “Bentar deh, ini kan bukan suara Roni” gumam Anto. ‘KETEMU ORANG BERIKUTNYA! HIHIHIHI…….’ Suara itu sangat menakutkan hingga Anto tak sengaja melempar gawainya.

Anto sangat terkejud hingga ia hanya dapat terduduk dan badannya bergetar. Ia benar benar terkejud. “Itu bukan Roni. Kutukan telepon pindah lewat saluran teleponnya”

“Setelah itu, aku ngga tau apa yang terjadi sama Roni” Ucap Anto setelah menjelaskan panjang lebar. “Kutukannya pindah lewat telepon Roni? Terus kamu kan nelpon Roni. Kamu gapapa to?” Ucap Dania dengan wajah terkejud dan cemasnya.

“HIHI.. HIHI.. HIHI…AKU GAPAPA KARENA AKU UDAH NEMUIN ORANG BERIKUTNYA. TERIMA KASIH SUDAH MENELPON DAN!”

PENULIS : Cheryll Fanny O

EDITOR : TIM WEB BIAS

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *