Brixtoversia 2019: Pentas Tunggal

Hai Readers!

Tahun ini, SMADA menyelenggarakan pentas tunggal sebagai salah satu rangkaian perayaan HUT. Pentas tunggal atau yang biasa disingkat pentung adalah penampilan teater ekstrakurikuler Teater Agni yang diselenggarakan tiap dua tahun sekali.

Pentas tunggal tahun ini dilaksanakan pada tanggal 13 September 2019 dan dibagi menjadi dua sesi: sesi pertama pada pukul 15.00 WIB dan sesi kedua pada pukul 19.00 WIB. Acara ini bertempat di Gedung Serbaguna Korpri, Jl. Alun-Alun Utara 4, Madiun.

Pada pentas tunggal kali ini, Teater Agni membawakan drama berjudul Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi yang diadaptasi dari cerpen berjudul sama karya Seno Gumira Ajidarma yang sebelumnya juga sudah pernah difilmkan.

Para penari dan penyanyi yang menjadi hiburan penyela scene (Dok. Penulis)

Drama ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat kampung yang terganggu akibat kedatangan seorang perempuan cantik bernama Suz. Ia selalu menyanyi di kamar mandi dengan suara serak-serak basah. Ternyata, bapak-bapak di kampung itu ikut mendengarkan nyanyian Suz dari balik dinding kamar mandi. Mereka mulai berimajinasi tentang adegan erotis di film dewasa. Lama kelamaan mereka mulai kecanduan dengan nyanyian itu.

Para suami mendengarkan nyanyian Suz (Dok. Penulis)

Karena sudah muak, para istri mengadu ke pak RT dan meminta pak RT mengusir Suz. Pak RT menolak tindakan tersebut karena ia merasa alasan yang disampaikan ibu-ibu tidak begitu jelas. Kemudian ia berkata, “Memang apa salahnya menyanyi di kamar mandi? Yang salah itu pikiran para suami yang malah memikirkan adegan erotis.” Setelah para istri pergi, para Hansip meminta pak RT untuk membuktikan sendiri semua hal yang dikatakan ibu-ibu. Akhirnya, pak RT pergi ke kos-kosan bu Saleha untuk membuktikan perkataan para istri.

Para istri berdemo di rumah pak RT (Dok. Penulis)

Setibanya di sana, pak RT dan para Hansip bertemu dengan para suami yang telah terlebih dahulu menunggu Suz pulang kantor. Mereka mengatakan, “Waktunya selalu tepat. Tidak pernah meleset sedikitpun.” Benar saja, Suz sampai di kos tepat waktu dan mandi tepat waktu juga. Suz mulai menyanyi dengan suara serak-serak basah sambil menyiramkan air ke tubuhnya. Para suami seakan terhipnotis dengan suara-suara itu. Pak RT dan para Hansip berusaha keras membangunkan para suami dari fantasi mereka. Pak RT kemudian menyadari suara itu memang berbahaya bagi keharmonisan rumah tangga keluarga kampung.

Para suami terhipnotis suara Suz (Dok. Penulis)

Suatu malam, Suz berjalan melewati pos ronda, tempat pak RT dan para Hansip mengobrol. Pak RT memanggil Suz untuk membicarakan masalah yang terjadi di kampung itu. Suz kaget mendengar semua hal yang terjadi di balik dinding kamar mandi. Akhirnya, pak RT membuat keputusan untuk melarang Suz bernyanyi di kamar mandi. Suz menerima keputusan itu dengan berat hati. Ia menerima keputusan tersebut agar ia bisa tetap tinggal di kos bu Saleha sementara waktu.

Akan tetapi, masalah masih belum berakhir. Para suami menjadi kecanduan berat dengan suara nyanyian Suz. Setiap mereka mendengar suara air, mereka selalu berimajinasi suara itu disertai dengan suara Suz. Para istri kembali meminta pak RT untuk mengusir Suz dari kampung. Pak RT menolak kembali karena itu merupakan hal yang kejam, tidak setimpal dengan kesalahan yang Suz lakukan. Pada akhirnya, pak RT membuat keputusan untuk mengadakan “Senam Keluarga Bahagia” dan mengundang artis-artis Jakarta dengan tujuan menghilangkan candu para suami dari suara dan rangsangan kamar mandi.

Pak RT menyampaikan keputusan akhirnya (Dok. Penulis)

Setelah pertunjukan selesai, para pemain drama keluar panggung untuk mengucapkan terimakasih. Penulis naskah dan sutradara, kak Ony S. ikut menjawab beberapa pertanyaan yang disampaikan pada sesi tanya-jawab.

Itulah rangkaian dari pentas tunggal Teater Agni: Dilarang Bernyanyi di Kamar Mandi. 

Salam redaksi! (Erlina R.M., Hafizh W.K., dan Tim Web BIAS SMADA)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *