
Salam Redaksi!!!
Wah nggak terasa nih, kalau sekarang udah bulan September. Udah sekitar 7 bulan juga, kita mengkarantina diri di rumah akibat adanya pandemi Covid-19. Gimana kabar kalian sekarang? Semoga baik-baik aja ya!
Ngomong-ngomong soal stay at home, rasa-rasanya nggak lengkap kalau kita nggak membahas tentang hal produktif apa aja yang dapat dilakuin di rumah. Contohnya, membuat Senandika.
Ha? Senandika?
Yups! Bener banget!
Apa sih Senandika itu?
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, Senandika adalah wacana seorang tokoh dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar.
Jadi isi dari Senandika adalah pengungkapan isi hati seseorang melalui tulisan. Misalnya nih, kalian bosenn banget dengan aktivitas selama stay at home yang cuman rebahan dan scroll semua sosial media aja, kalian bisa menulis perasaan kalian dalam bentuk karya sastra Senandika.
Hmm… Rasanya kurang lengkap nih kalau kalian cuman tau apa itu Senandika tanpa tau contohnya.
Jadi kita akan ngasih salah satu contoh Senandika
Dunia (Virtual) Putih Abu-abu
Hai! Namaku Arumi Mustika. Kalian cukup memanggilku Arum. Aku adalah seorang gadis remaja, yang baru saja menginjak bangku sekolah menengah atas. Dulunya, aku sangat antusias dan merasa tak sabar untuk segera memasuki dunia putih abu-abu. Dunia yang katanya berwarna, dan dipenuhi oleh kenangan masa-masa remaja yang indah. Namun itu semua berubah ketika aku menyadari tak akan diadakan sekolah secara tatap muka, akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Huh! Rasanya sangat menjengkelkan! Berkutat dihadapan gawai setiap saat untuk memantau perkembangan tugas yang diberikan guru secara online, seperti sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Memang benar aku sekarang sudah SMA, tapi bukan sekolah seperti sekarang ini yang kuinginkan. Aku hanya ingin bersekolah seperti biasa. Bertatap muka dengan guru, bencengkrama dengan kawan-kawan, dan mengisi lembar-lembar kertas ujian secara langsung. Namun, sepertinya harapanku hanya akan menjadi harapan untuk sementara ini. Pada kenyataannya, pandemi Covid-19 masih ada. Dan ya, tak banyak yang dapat aku lakukan selain senantiasa berdoa agar pandemi Covid-19 cepat berlalu, dan belajar dengan giat dari rumah.
Nah, gimana kawan-kawan? Sudah lebih paham kan dengan apa itu Senandika setelah membaca salah satu contoh Senandika di atas?
Apa Senandika cuman bisa dibuat ngungkapin keluh kesah kita selama pandemi doang? No! Nggak kok. Senandika juga bisa berfungsi buat ngode doi yang gak peka-peka lo! Biar kelihatan lebih estetik gitu😆
Gimana sih cara membuat Senandika?
Seperti memasak yang butuh tutorial, dalam menulis Senandika kita juga perlu memperhatikan hal-hal tertentu agar Senandika yang kita buat bisa jadi lebih menarik!
Apa aja itu? Cuss ini penjelasannya :
1. Menulis sesuai kondisi hati
Memang sih banyak orang yang bilang, saat menulis kita jangan sampai terpengaruh oleh kondisi hati. Namun, dalam membuat Senandika hal itu justru bisa menjadi salah satu point’ penting, agar apa yang akan kita rasakan dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca melalui sebuah tulisan. Misalnya, kalian lagi bahagia dan kalian nulis Senandika yang menceritakan kebahagiaan kalian, pastinya dong perasaan kalian dapat tersampaikan dengan baik melalui Senandika itu.
2. Menggunakan diksi secara seimbang.
Hal ini penting banget dalam membuat karya sastra apapun, terutama Senandika. Kenapa bisa penting?
Tentunya agar feel dalam Senandika yang kita tulis dapat sampai kepada para pembaca.
Contoh : Sang Surya menemani perjalananku hari ini menuju sekolah.
Tapi, juga jangan terlalu banyak menggunakan diksi ya! Seperti ini : Sang Bagaskara muncul dari lelabuhannya, hembusan sarayu bertiup perlahan menerpa kulitku secara perlahan, nabastala biru dan bla bla bla.
Karena bisa jadi bukannya pembaca paham dan tertarik dengan Senandika kalian, tetapi pembaca justru kebingungan mencerna apa arti kata-kata kalian!
3. Jangan berbelit-belit!
Maksud dari jangan berbelit-belit di sini ialah, jangan gunakan kata yang sama dalam 1 paragraf Senandika, *terkecuali* kata hubung. Contohnya gimana tuh? Contohnya seperti ini :
Aku suka dengan lelaki itu. Lelaki itu sangat tampan dan pandai. Bisa dibilang lelaki itu dan bla bla bla.
Akan lebih baik jika kalian menuliskannya seperti ini :
Aku suka dengan lelaki itu. Ia sangat tampan, dan juga pandai. Tak hanya itu, lelaki yang dikenal dengan nama dan bla bla bla.
Jadi di sini, konteksnya kalian harus bisa menggunakan sinonim sebagai kata ganti dengan tepat!
Nah itulah informasi baru seputar Senandika yang dapat kami sampaikan! Semoga bermanfaat ya!!
Thank you dan sampai jumpa di lain kesempatan!
Dan jangan lupa bahagia!😉
Penulis : Rr. Lintang Mustikaningrum
Desain Layout : Annisa Orchitea A. A.
Editor : Tim Web BIAS SMADA
Mantappp, lanjutkan. Ditunggu next postnya. Semangat!
Kak, mau tanya. Senandika itu apakah identik dengan aku-kamu? Terima kasih atas penjelasannya😁🙏